Berita terkini, informasi terbaru Ibu Mama Indonesia

Mau Mulai Mengajarkan Anak Membaca? Yuk, Coba Kenalkan Phonics

Tidak ada yang salah dengan mengajarkan membaca pada anak sejak dini. Selama anak menikmati proses belajar yang dilaluinya tanpa adanya tekanan dan paksaan, tentu saja hal itu bermanfaat untuk dilakukan. Terlebih bagi anak yang sudah menunjukkan ketertarikan untuk membaca. Hal lain yang juga sama pentingnya adalah metode yang digunakan orang tua saat mengajarkan anak membaca.

Kemampuan membaca ini tidak akan muncul dengan sendirinya dalam diri anak, juga tidak bisa dipelajari dalam waktu yang singkat. Anak yang mulai belajar membaca perlu meng-adjust dunianya yang selama ini  konkret ke dalam dunia abstrak yang benar-benar baru baginya. Orang tua perlu memahami bahwa anak butuh cara yang tepat untuk belajar, sehingga dapat memberikan stimulasi yang tepat kepada anak tanpa anak perlu merasa takut dan terbebani.

Kegiatan Pra-Membaca

Sebelum mengajarkan anak keterampilan membaca, ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan, yaitu:

  1. Ngobrol. Dengan mengobrol, anak menjadi terbiasa mendengar kosa kata baru. Kosa kata yang didengarnya, dicerna sampai akhirnya dia mengerti dan memutuskan untuk menggunakan kata tersebut dalam obrolannya. Dengan banyaknya kosa kata yang dimiliki anak, anak akan semakin nyaman membaca karena paham arti dari kata-kata yang sedang dibacanya.
  2. Bernyanyi. Kegiatan bernyanyi juga memiliki peran yang sama dengan mengobrol. Kegiatan bernyanyi menggunakan ritme, nada dan ketukan yang teratur yang membuat anak semakin mudah menyerap kata yang dipelajarinya.
  3. Membaca buku. Saat membacakan buku buat anak, anak mungkin hanya akan fokus pada gambar dan warna yang disajikan pada buku tersebut. Tidak masalah, karena memang tujuan utama kita adalah agar anak terbiasa dengan kegiatan membacanya bukan untuk langsung menguasai keterampilannya.

Membangun Motivasi Anak

Melalui kegiatan pra-membaca, perlahan-lahan anak akan terstimulasi untuk juga mampu membaca seperti orang tuanya. Sah-sah saja jika orang tua bertanya apakah anak sudah siap untuk belajar membaca agar mampu membaca seperti orang tuanya atau belum. Ketika anak masih cuek, belum mampu menjawab pertanyaan orang tua, tidak masalah. Artinya anak belum siap untuk belajar membaca. Orang tua masih perlu menstimulasi anak dengan kegiatan pra-membaca secara berulang-ulang dan jangan ngoyo heuheuheu.

Jika anak menjawab sudah siap untuk belajar membaca, orang tua dapat mulai mengajarkan anak membaca. Namun, hati-hati saat mulai mengajarkan anak membaca. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Menggunakan Sand Paper Letter (SPL)

Dalam bidang Pendidikan khususnya pengajaran berbasis Montessori dikenal apparatus yang disebut Sand Paper Letter yang terbuat dari kayu berbentuk lembaran terdiri dari 26 bagian. Masing-masing lembaran tersebut berisi ke-26 huruf pada alfabet yang terbuat dari kertas pasir. Kertas pasir memiliki tekstur yang jika disentuh, anak akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak secara sensorik ketika belajar huruf.  Namun hal ini hanya menjadi alternatif untuk pembelajaran. Jika tidak menggunakan apparatus SPL, orang tua bisa berkreasi dengan kertas dan spidol.

Mengenalkan Fonik (Phonics) pada Anak

Alih-alih mengajarkan anak membaca abjad A, B, C hingga Z, orang tua perlu mengetahui bahwa yang lebih penting dalam membaca adalah memahami bunyi abjad tersebut. Huruf B tidak akan berdiri sendiri dalam suatu kata namun akan berpasangan dengan huruf lain. Dengan mengetahui bunyinya, anak akan lebih mudah membaca suatu kata.

Mulai dengan perkenalkan bunyi huruf kepada anak. A berbunyi ‘ah’, B berbunyi ‘beh’ dan seterusnya. Namun tentunya hal ini tidak bisa dilakukan sekaligus 26 huruf dalam satu kali pertemuan. Orang tua bisa mulai dengan 3 fonik terlebih dahulu. Orang tua bebas memilih fonik mana yang akan diajarkan terlebih dahulu. Misalnya orang tua memilih huruf M, O dan L untuk diperkenalkan satu per satu, bukan untuk dibaca keseluruhan sebagai MOL.

M bunyinya “emmmmm” bibir atas dan bawah dirapatkan.

O bunyinya “ohhh” bibir dibuka lebar dan dibulatkan.

L bunyinya “lllllll” lidah menempel di langit-langit gusi.

Ingat bahwa memperkenalkan bunyi, artinya orang tua perlu untuk menjaga intonasi dan artikulasi yang benar saat membunyikannya. Gerak mulut dan posisi lidah saat menirukan bunyi, harus tepat. Ajak anak untuk mengobservasi gerak mulut dan posisi lidah orang tua saat menirukan bunyi.

Setelah anak mulai menguasai 3 fonik M, O dan L, orang tua dapat menyimpannya dan mengganti dengan 3 fonik lain, misalnya A, T dan B. Tujuannya adalah agar anak fokus, tidak terlalu banyak distraksi sehingga membuat anak lebih nyaman saat belajar membaca. Fonik yang sama boleh dikeluarkan lagi untuk penguatan atau review karena pada prinsipnya mengajarkan anak membaca bukanlah proses sekali jadi. Butuh proses dan waktu yang panjang untuk menguasainya.

Sebagai penguatan, orang tua dapat meminta anak untuk menyebutkan kata apa yang dimulai dengan huruf tertentu. Misalnya fonik T, apa saja kata yang dimulai dengan huruf T? Ajak anak berpikir atau berkeliling rumah untuk menemukan benda berawalan huruf T, misalnya tulang, tempe, tangga dll. Anak akan lebih mudah belajar ketika mereka melihat benda yang nyata di sekitarnya.

Pada tahap lanjutan, orang tua dapat menyebut kata tertentu, dan meminta anak untuk menyebutkan huruf awal kata tersebut. Misalnya kata “tulang” dimulai dengan huruf apa? Orang tua perlu berulang-ulang mengucapkan kata “tulang” tersebut dan menekankan pada huruf awalnya. Perlahan-lahan anak akan menemukan polanya dan dapat menyebutkan huruf awal sebuah kata.

Mengucapkan Dua Fonik Sekaligus

Jika anak sudah memahami pengucapan fonik satu per satu, orang tua boleh mulai bereksplorasi mengajarkan anak untuk menebak dua fonik yang membentuk satu suku kata tertentu. Diambil contoh suku kata “BU” pada kata “buku”. Minta anak untuk menebak fonik apa saja yang membentuk suku kata “BU”. Pada tahap awal, kemungkinan anak akan sangat kebingungan. Tidak masalah, anak akan terbiasa dengan itu. Tanyakan berulang-ulang dan berikan contoh agar anak semakin terbiasa. Tenang saja, otak anak diciptakan begitu cerdas dan pada saat yang tidak disangka-sangka mereka akan bisa menelaah maksud orang tua dan menemukan jawabannya. Hal yang sama juga berlaku untuk pengucapan tiga fonik sekaligus misalnya pada suku kata “KUL” pada kata “kulkas”. Jangan lupa untuk selalu menggunakan kata benda atau aktivitas yang real  yang memang bisa diamati anak. Selain bisa diobservasi oleh anak, juga membantu membangun kepekaannya terhadap sekitar.

Selamat membersamai anak, ya Moms.

Response (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *